Novita Sari, S.Pd.SD

Lahir pada tanggal 12 November 1987 di Balikapapan, Kalimantan Timur. Ayahnya bernama Budiono yang pernah bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan kayu di kot...

Selengkapnya
Navigasi Web
PUTRI YANG MALANG (Bagian 8)

PUTRI YANG MALANG (Bagian 8)

Hari ini Ibu guru sangat berharap bisa berbicara secara langsung dengan ibunya Putri. Sembari menunggu waktu, Ibu guru memberikan pembelajaran kepada siswa di kelas. Jadwal Ibu guru di kelas hari ini hanya sampai waktu istirahat. Pada jam terakhir pembelajaran, ada jadwal mata pelajaran Agama Islam.

“Apakah sudah datang ibunya Putri?”, tanya Bu Iva di ruang guru.

“Belum Bu”, jawab Ibu guru sembari memeriksa jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 WITA.

Ibu guru mencoba mengingatkan ibunya Putri melalui pesan singkat di gawai, bahwa hari ini ada pertemuan. Namun tidak ada pesan balasan.

Ibu guru semakin gelisah, karena waktu terus berjalan.

“Sepertinya tidak datang ini”, gumam Ibu guru.

“Kenapa begitu?”, tanya Bu Iva.

“Tidak tahu, mungkin ada halangan”, jawab Ibu guru.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WITA. Siswa kelas 1 pun sudah keluar dari kelas untuk pulang. Tiba-tiba ada satpam sekolah yang masuk ke ruang guru, dan memberitahukan bahwa ada tamu ingin bertemu Ibu guru.

Ibu guru pun senang, akhirnya tamu itu datang juga. Dan meminta satpam untuk mengantar tamu tersebut masuk ke dalam kelas. Ibu guru sengaja mencari ruangan yang kosong, supaya ibunya Putri lebih nyaman berbicara berdua saja dengan Ibu guru.

Bergegas Ibu guru memasuki ruangan kelas untuk menemui tamu tersebut, dengan membawa buku tamu, absensi siswa, dan jurnal harian.

“Assalamu’alaikum?”, sapa Ibu guru sembari memasuki ruangan dengan sedikit terkejut.

“Wa’alaikumsalam Ibu guru?”, jawab seorang kakek yang usianya kurang lebih 70 tahun.

Ibu guru pun segera berjabat tangan dengan kakek tersebut. Karena kakek sudah sangat renta, Ibu guru mencium tangan kakek sebagai bentuk penghormatan.

“Silahkan duduk Kakek”, pinta Ibu guru.

“Iya, terimakasih”. Jawab Kakek.

“Saya adalah kakeknya Putri. Seharusnya ibunya Putri yang datang. Tapi dia meminta saya yang ke sekolah”. Kata Kakek membuka percakapan yang lebih serius.

“Iya Kek, sebelumnya kami ucapkan terimakasih atas kesedian Kakek ke sekolah. Walaupun sebenarnya harapan kami ibunya Putri yang hadir. Dan kami atas nama sekolah dan saya pribadi mohon maaf, karena Kakek jadi direpotkan. Saya adalah wali kelasnya Putri”. Kata Ibu guru.

“Tidak apa-apa, saya bisa pahami itu. Jika sekolah memanggil orang tua pasti ada yang ingin disampaikan langsung”. Kata Kakek.

“Kakek ke sekolah diantar siapa?”, tanya Ibu guru.

“Saya sendirian, naik sepeda kayuh”, jawab Kakek.

“MasyaAllah, Kakek hati-hati di jalan. Apalagi jarak rumah Kakek ke sekolah cukup jauh”. Kata Ibu guru.

“Tidak apa-apa itu, Alhamdulillah masih kuat. Saya ini pensiunan tentara, jadi sudah terbiasa latihan fisik”. Jawab Kakek penuh semangat.

“Kakek tidak perlu khawatir, Putri baik-baik saja. Hanya ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan langsung kepada ibunya Putri”. Kata Ibu guru.

Ibu guru tidak tega menyampaikan masalah Putri kepada Kakek. Takut membebani pikiran kakek.

“Mungkin karena Putri sering tidak masuk sekolah ya?”, tanya Kakek dengan nada sangat lembut. Namun terlihat kekhawatiran di wajahnya.

Ibu guru hanya tersenyum dan perlahan menundukkan kepalanya. Sungguh tidak tega menyampaikan hal itu.

“Saya sudah ingatkan berkali-kali kepada ibunya Putri. Jika waktunya Putri sekolah, jangan disuruh menjaga adiknya. Jualan kue itu hanya dititipkan ke warung dan melayani pesanan jika ada. Harusnya ibunya bisa membagi waktu tanpa harus mengorbankan Putri”. Kata Kakek.

“Iya, Kek”, kata Ibu guru sembari tetap tersenyum tipis.

Ibu guru kagum dengan kakeknya Putri, karena beliau sosok yang sangat bijaksana.

“Besok, saya akan minta Ibunya datang sendiri. Setidaknya hari ini saya sudah datang. Supaya dia juga paham, siapa tahu jika Ibu guru yang berbicara langsung, bisa diterimanya”. Kata Kakek.

“Iya Kakek, terimakasih”. Kata Ibu guru.

Sebelum Kakek pamit, Ibu guru memintanya untuk menikmati secangkir teh hangat yang tidak terlalu manis. Karena sebelum Ibu guru membuatkannya, Kakek sudah berpesan bahwa gulanya sedikit saja.

Walaupun hari ini belum bertemu dengan ibunya Putri, setidaknya Ibu guru sudah bertemu dengan Kakek yang bijaksana dan tetap semangat meskipun diusia lanjut. Semoga besok bisa bertemu dengan ibunya Putri.

Bersambung,

(Novita Sari,S.Pd.SD.)

Berau, 29 Mei 2020.

#Tantangan Menulis Hari Ke20.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut sama sama saya masih belajar juga

29 May
Balas

Insya Allah Ibu, terimakasih atas supportnya.

29 May

Keren bu. Lanjut

29 May
Balas

Insyaa Allah Ibu. Terimakasih atas dukungannya.

29 May

Semoga segera ketemu dengan ibunya putri ya bun. Keren bun

29 May
Balas

Aamiin, terimakasih Ibu. Semoga Ibu sehat selalu.

29 May

Selalu bikin penasaran ya bu hihihi mantap bu, semangaaat

29 May
Balas

Hehehe, terimakasih Bu. Insyaa Allah semangat.

29 May

Keren bgt... Semangat

29 May
Balas

Terimakasih Ibu. Insyaa Allah semangat. Semoga Ibu juga selalu sehat dan semangat.

29 May

Di tunggu yaa sambungannya... Salaaaam

29 May
Balas

Insyaa Allah siap Ibu. Salam juga..

30 May

Ayooo... Lanjuutt bu. Salam.

29 May
Balas

Terimakasih Ibu. Salam juga...

29 May



search

New Post