Secangkir Teh dan Harapan (Bagian 6)
Secangkir Teh dan Harapan
Setelah sampai di stasiun kota Malang. Riri dan ayah segera keluar untuk mencari angkot berwarna biru menuju kampus.
“Wah, akhirnya Riri bisa ke Malang,” kata Riri.
Ayah hanya tersenyum kepadanya. Lagi-lagi sembari mengusap kepala putri semata wayangnya itu.
“Sebentar lagi kita sampai,” kata ayah.
“Alhamdulillah,” kata Riri
Selama di perjalanan, Riri sibuk bertanya kepada ayah. Tentang apapun yang dia lihat. Ayah juga menjelaskan banyak hal kepadanya. Tanpa terasa mereka sudah berada di dekat kampus.
“Pak, berhenti di depan ya!” kata ayah kepada sopir angkot.
“Iya Pak,” jawab sang sopir.
Riri dan ayah akhirnya sampai di depan kampus.
“Ayo kita turun, Riri!” ajak ayah.
“Wah, besar sekali kampusnya ayah?” tanya Riri dengan kagum.
“Iya, ini salah satu kampus terkenal yang ada di kota Malang. Banyak jurusan yang bisa dipilih. Mahasiswanya tidak hanya dari Jawa saja. Tapi dari daerah lain juga banyak,” jawab ayah.
“Kok Ayah tahu?” tanya Riri dengan mengerutkan dahi.
Riri merasa heran ketika ayahnya menjelaskan banyak hal tentang kampus itu. Setahu Riri, ayahnya dulu putus sekolah saat duduk di bangku SMP. Semua itu karena keadaan. Ayah harus bekerja membantu nenek untuk membiayai adik-adiknya.
Ayah adalah anak ketiga dari Sembilan bersaudara. Jadi, masih ada enam adiknya yang harus dipikirkan. Sejak kecil ayah sudah menjadi anak yatim. Nenek harus banting tulang untuk menghidupi sembilan anaknya.
“Hemm, meskipun ayah tidak sekolah. Harus tetap membuka wawasan. Bisa melalui membaca surat kabar, menonton berita di televisi, bahkan bergaul dengan banyak orang,” jawab ayah sembari berjalan masuk ke dalam lingkungan kampus.
“Iya juga,” jawab Riri.
Ayah merupakan orang yang supel dalam pergaulan. Begitulah penilaian orang di kampung kami. Ayah bisa berteman dengan siapa pun. Tidak harus dengan orang seusianya. Namun, anak muda juga banyak yang bisa duduk santai berbincang dengannya.
“Riri, Ayah ini sudah puluhan tahun menjadi sopir. Jadi, sering bertemu orang di mana pun. Ya harus diajak ngobrol. Tanpa kita sadari, akhirnya wawasan bertambah. Nah, itulah salah satu manfaat bersosialisasi dengan banyak orang,” kata ayah.
“Wih, bahasa ayah semakin keren,” sahut Riri sembari tertawa.
Ayah pun tertawa mendengarkan jawaban Riri.
Ayah dan Riri tampak menikmati perjalanan itu. Mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Tak hanya itu, candaan juga sering muncul mewarnai kebersamaan mereka.
Bersambung,
Novita Sari, S.Pd.SD.
Berau, 9 Juli 2020.
#Tantangan Menulis Hari ke 61.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren buuuunnn
Alhamdulillah. Terimakasih Bunda. Semoga Bunda sukses selalu.
Cerita yg nikmat utk dibaca... Sukses Bunda...
Alhamdulillah. Terimakasih Bunda. Sukses juga untuk Bunda. Salam literasi.
Nikmatnya hubungan ayah & anak... Sangat mendidik. Salam Bunda, follow balik yaaa
Alhamdulillah. Terimakasih Ibu. Saya sudah follow. Hehe.
Mantul, lanjut Bun.
Alhamdulillah. Terimakasih Bun. Insyaallah dilanjutkan.
Keren
Wah..ayah yang super..
Cerita yg segar dan renyah. Sukses Jeng.
Alhamdulillah. Terimakasih Ibu, semoga sukses selalu. Aamiin.
Secankir tehnya selalu keren dan renyah dibaca. Sukses ibu cantik.. Salam santun
Alhamdulillah. Terimakasih Ibu. Salam santun dan sukses untuk Ibu yang baik hati.
Secangkir teh secangkir harapan. Keren bunda. Salam literasi, sukses selalu.
Alhamdulillah. Terimakasih, Pak. Salam literasi.
Sukses bu
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Terimakasih Bu. Sukses juga untuk Ibu.
Cerita yang mengalir dan enak dibava, sukses selalu bu ...
Alhamdulillah. Terimakasih Ibu. Semoga Ibu juga sukses selalu. Aamiin.
Bagus ceritanya, lanjut bucan
Alhamdulillah. Terimakasih Ibu. Semoga Ibu sehat dan sukses selalu.
Siip, lanjuutt Bu.
Terimakasih Ibu.
Keren Bun, lanjut
Alhamdulillah. Terimakasih, Ibu. Insyaallah dilanjutkan.
Sukses selalu bu
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Terimakasih Bu. Sukses juga untuk Ibu.
Cerita yang menyenangkan hati pembaca.Semoga happy ending.
Alhamdulillah. Terimakasih Ibu. Salam literasi. Semoga sukses selalu.
Semakin penasaran dengan kelanjutan cerita kehidupan Riri,sukses selalu bu
Alhamdulillah. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Terimakasih, Ibu. Insyaallah dilanjutkan.
Terus menunggu...cerita selanjutnya
Alhamdulillah. Terimakasih, Pak. Semoga sehat dan sukses selalu untuk Bapak.
Semakin menarik kisah nya Bu Novi
Alhamdulillah. Terimakasih Pak Salman. Salam literasi.